BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sekarang
ini, metode pembelajaran di dunia kampus telah berubah. Pemerintah mengubahnya
dengan maksud agar lulusan-lulusan Universitas nantinya dapat lebih
berkwalitas. Oleh karena itu, latar belakang penyusunan makalh ini adalah
dimaksudkan agar mahasiswa lebih aktif dalam mencari materi dan bahan kuliah,
sehingga dosen hanya berperan sebagai mediator.
B.
Maksud
dan Tujuan
Maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar
para pembaca nantinya dapat lebih memahami daripada materi batuan metamorf,
dapat mengetahui pengertian batuan metamorf, agen-agen yang berperan dalam
proses metamorfisme, facies dari batuan metamorf, dan mineral-mineral
penyusunnya.
C.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami buat berkaitan
dengan pembahasan nantinya adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari
batuan metamorf?
2.
Apakah agen-agen dari
batuan metamorf?
3.
Apakah facies-facies
dari batuan metamorf?
4.
Apa saja
mineral-mineral penyusunan batuan metamorf?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
- Pengertian Batuan
Metamorf
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental
batuan yang sebelumnya sudah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh
suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek
tekanan dan panas batuan yang terkubur sangat dalam.
Dalam kedua tipe metamorfosa, fluida dalam batuan dapat membatu
perubahan – perubahan kimiawi. Air adalah fluida utama, tetapi unsure – unsure
kimia seperti klor flour, brom, dan lain-lain dapat keluar dari batuan
sekililingnya.
Proses metamorfosa terjadi
dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC
– 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah
hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler
(1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada
fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi,
dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak
termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan
metamorf atau batuan
malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur
dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya
temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru
pula. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka
akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi
batuan-batuan baru lagi.
- Agen-Agen Batuan
Metamorf
Agen yang dimaksud disini adalah media-media yang berpengaruh atau
berperan dalam pembentukan batuan metamorf tersebut, dalam hal ini disebut
metamorfisme.
Media atau agen yang menyebabkan
terjadinya proses matamorfisme adalah panas,
tekanan, dan cairan kimia aktif. Ketiga agen ini dapat bekerja bersama-sama pada
batuan yang mengalami proses metamorfisme dan kontribusi setiap agen
berbeda-beda. Pada metamorfisme tingkat rendah, kondisi temperatur dan tekanan
hanya sedikit di atas kondisi proses pembatuan pada proses pembentukan batauan
sedimen. Sedangkan pada metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit di
bawah kondisi proses peleburan batuan menjadi magma.
Bagaimana ketiga Agen di atas dapat bertindak sebagai agen yang menyebabkan proses
metamorfisme dapat di baca di bawah ini.
-
Peranan panas dalam proses metamorfisme
Panas merupakan
agen matamorfisme yang sangat penting. Batuan yang terbentuk dekat permukaan
bumi akan mengalami perubahan kalau mengalami pemanasan yang tinggi pada waktu
diterobos oleh magma. Apabila panas magma tidak terlalu tinggi, proses
metamorfisme tidak terjadi. Pada keadaan yang demikian akan terjadi proses
pembakaran batuan yang diterobos yang disebut baking effect.
Batuan yang terbentuk di permukaan
bumi juga dapat mengalami perubahan temperatur yang sangat tinggi apabila
batuan tersebut mengalami proses penimbunan yang dalam. Seperti telah diketahui
bahwa temperatur akan meningkat dengan meningkatnya keadaaan (gradient
geothermal). Pada kerak bumi bagian atas, rata-rata penaikan
temeperatur sekitar 30oC per kilometer. Batuan dekat permukaan bumi
juga dapat mengalami pemindahan tempat ke tempat yang lebih dalam. Proses ini
terjadi pada pertemuan lempeng-lempeng tektonik konvergen, yaitu pada zona subduksi (penunjaman).
Proses perubahan juga terjadi pada
mineral penyusun batuan, yang kestabilannya berubah karena perubahan kedalaman.
Contohnya, mineral lempung menjadi tidak stabil pada kedalaman hanya beberapa
kilometer, dan akan mengalami rekristalisasi menjadi mineral yang lebih stabil
pada kondisi temperatur dan tekanan yang lebih tinggi, akan mengaami proses
metamorfisme pada kedalaman sekitar 30 kilometer.
-
Peranan tekanan dalam proses metamorfisme
Tekanan seperti halnya temperetur akan
meningkat dengan meningkatnya kedalaman. Tekanan ini seperti tekanan gas, akan
sama besarnya ke segala arah. Tekanan yang terdapat di dalam bumi ini merupakan
tekanan tambahan dari tekanan pada batuan oleh pembebanan batuan di atasnya.
Pada keadaan ini batuan akan mengalami penekanan yang berarah, dan pemerasan.
Batuan pada tempat yang dalam akan menjadi plastis pada waktu mengalami
deformasi. Sebaliknya pada tempat yang dekat permukaan bumi, batuan akan
mengalami keretakan pada waktu mengalami deformasi. Hasilnya batuan yang
bersifat rapuh akan hancur dan menjadi material yang lebih halus.
Perhatikan table dan bagan di bawah ini !
-
Cairan kimia aktif sebagai agen metamorfisme
Larutan kimia aktif, umumnya adalah
air yang mengandung ion-ion terlarut, juga dapat menyebabkan terjadinya proses
metamorfisme. Perubahan mineral yang dilakukan oleh air yang kaya mineral dan
panas, telah banyak dipelajari di beberapa pegunungan api. Di sepanjang
pematang pegunungan lantai dasar samudera, sirkulasi air laut pada batuan yang
masih panas mengubah mineral pada batuan beku basalt yang berwarna gelap
menjadi mineral-mineral metamorf seperti serpentin dan talk.
- Facies-facies dari
batuan metamorf
Secara umum, batuan metamorf tidak secara drastic
mengubah komposisi kimia selama metamorfisme, kecuali dalam kasus khusus dimana
metamorfisme yang terlibat (seperti dalam produksi skarn). Perubahan dalam suhu
dan tekanan lingkungan yang batu itu dikenakan . Tekanan dan suhu lingkungan
tersebut sebagai fasies metamorf. Urutan fasies metamorf diamati dalam setiap
metamorf medan, tergantung pada gradient panas bumi yang hadir selama
metamorfisme.
Gradien panas bumi yang tinggi seperti yang diberi label “A”, mungkin akan hadir disekitar batuan beku intrusi, dan akan menghasilkan batuan metamorf milik homfels fasies. Di bawah normal gradient panas bumi tinggi, seperti “B”, batu-batu akan akan maju dari facies zeolit untuk greenschist, amphibolite, dan eclogite facies sebagai kelas metamorfisme (atau kedalaman penguburan) meningkat. Jika gradient panas bumi yang rendah hadir, seperti satu diberi label “C” dalam diagram, maka batu akan kemajuan dari facies zeolit untuk blueschist facies untuk eclogite facies.
Jadi, jika kita mengetahui facies dari batuan metamorf di wilayah ini, kita dapat menetukan apa yang gradient panas bumi pasti seperti pada saat metamorfisme terjadi. Hubungan antara gradient panas bumi dan metamorfisme akan menjadi tema diskusi dan tektonik lempeng.
D. Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf
Pada umumnya, mineral-mineral penyusun batuan metamorf sangatlah banyak. Tetapi, yang umum terdapat dalam batuan metamorf adalah seperti di baewah ini.
1. Felspar., bentuk dan sifatnya sama dengan feldspar pada batuan beku atau sedikit pipih karena tekanan.
2. Kwarsa, bentuknya sedikit pipih atau mengkristal tak teraturberwarna agak mengkilap, putih jernih atau putih kehijauan oleh pengotoran mineral-mineral klorit, banyak terdapat dalam batuan gneiss dan sekis serta filit.
3. Mika, bentuk dan sifatnya sama dengan batuan beku, sering dalam bentuk lembaran-lembaran halus, dapat membetikan warna mengkilap pada filit, sekis dll. Banyak terdapat pada batuan sekis dan gneiss.
4. Klorit, berwarna hijau, coklat atau hijau kehitaman, bentuk terpilin atau bengkok, seperti sisik atau seperti tanah.
5. Andalusit, mengkilap dalam system rhombis, prismatic kasar, berwarna pudar, merah jambu sampai merah violet.
6. Aktinoloit, mengkristal dalam system monoklin, menjarum halus, atau serupa serat-serat, rapuh, warna hijau atau abu-abu kehijauan, kilap viterus sampai sutera. Kekerasan 2-3, mineral ini terutama di temukan pada batuan metamorf sekis, gneiss dan marmer.
7. Glaukofan, Kristal monoklin, prismatic seperti serat, batang atau butiran, pecahan concoidal, warna biru abu-abu atau biru kehitaman. Biasanya berasosiasi dengan muscovite, kwarsa, dan sphene.
8. Kianit, bentuk Kristal triklin, memanjang atrau lempeng-lempeng. Kekerasannya 4-7, juga dapat berbentuk serat-serat atau batang. Warna biru laut, kilap vitreus. Ditemukan dalam batuan sekis dan gneis.
9. Garnet, Kristal system regular, bentuk kubus, granular seperti pasir, warna merah jambu hingga merah coklat atau merah tua. Kilap viterus, kekerasan 6,6 – 7,5. Transparan hingga opak, Dijumpai pada batuan sekis dan Gneis.
10. Talk, mengkristal dalam system monoklin, bentuk granular, tipis-tipis seperti mutiara. Berminyak, kekerasan 1 – 2, banyak terdapat dalam batuan sekis, berasosiasi dengan batuan serpentin dan magnesit.
11. Serpentin, bentuk Kristal pipih atau seratan fleksibel. Kilap sutera atau lemak, warna merah kecoklatan dan hiaju kekuningan, kekerasan 3,0 – 5,5. Dijumpai dalam batuan serpentin, atau pada sekis. Berasosiasi dengan klorit dan talk.
12. Kordierit, mengkristal dalam system orthorombik, prismatic pendek, kompak atau granular, berwarna abu-abu kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna. Kilap vitreus, seperti gelas dengan kekerasan7-7,5, seperti kwarsa biru. Banyak dijumpai dalam batuan gneiss, sekis dan pegmatite, berasosiasi dengan garnet/granat, mika, kwarsa, andalusit, silimnit, dan staurolit.
13. Silimanit, Kristal seperti kordierit. Panjang-panjang tipis seperti jarum, serabut yang radier atau seperti batang ada striasi, radier, kadang-kadang bengkok, warna abu-abu, putih atau kuning pucat. Ditemukan dalam batuan sekis, gneiss, dan pegmatite.
14. Tremolit, mengkristal dalam system monoklin, lempeng-lempeng berserat seperti asbes, granular. Warna putih, abu-abu, hijau atau kuning. Kilap viterus, belahan prismatic menyudut, 56ºdan 124º. Kekerasan 5 -6, Terdapat dalam batuan sekis, dan marmer.
15. Wolastonit, Kristal system triklin, tabular, prismatic, berserat-serat parallel, menyebar atau granular. Warna putih ke abu-abuan atau tidak berwarna. Kilap sutera, kekerasan 4 – 5, merupakan mineral batuan metamorfisme kontak yang berasosiasi dengan garnet, diopsit, vesuvianit, termolit, epidot, dan kalsit. Banyak ditemukan dalam batuan marmer dekat kontak batuan beku granit.
A. Kesimpulan
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang sebelumnya sudah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas batuan yang terkubur sangat dalam.
Media atau agen yang menyebabkan terjadinya proses matamorfisme adalah panas, tekanan, dan cairan kimia aktif. Ketiga agen ini dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme dan kontribusi setiap agen berbeda-beda.
Secara umum, batuan metamorf tidak secara drastic mengubah komposisi kimia selama metamorfisme, kecuali dalam kasus khusus dimana metamorfisme yang terlibat (seperti dalam produksi skarn). Perubahan dalam suhu dan tekanan lingkungan yang batu itu dikenakan . Tekanan dan suhu lingkungan tersebut sebagai fasies metamorf. Urutan fasies metamorf diamati dalam setiap metamorf medan, tergantung pada gradient panas bumi yang hadir selama metamorfisme.
Mineral-mineral yang umum terdapat dalam batuan metamorf adalah Felspar, kwarsa, Mika, Klorit, Andalusit, Aktunolit, Glaukofan dan lain-lain.
B. Saran
Dalam praktikum di laboratorium sebaiknya lebih di intensifkan lagi, atau paling tidak lebih di tekankan lagi sehingga praktikan dapat lebih mengerti dan memahami dari pada materi.
o Budi, Rohmanto, Ir. Geologi Fisik. Makassar : Universitas Hasanuddin, 2008.
o M.S. Kaharuddin. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : Jurusan Teknik Geologi, 1988.
o Setia Graha, Doddy, Ir. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova, 1987.
Jadi, jika kita mengetahui facies dari batuan metamorf di wilayah ini, kita dapat menetukan apa yang gradient panas bumi pasti seperti pada saat metamorfisme terjadi. Hubungan antara gradient panas bumi dan metamorfisme akan menjadi tema diskusi dan tektonik lempeng.
D. Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf
Pada umumnya, mineral-mineral penyusun batuan metamorf sangatlah banyak. Tetapi, yang umum terdapat dalam batuan metamorf adalah seperti di baewah ini.
1. Felspar., bentuk dan sifatnya sama dengan feldspar pada batuan beku atau sedikit pipih karena tekanan.
2. Kwarsa, bentuknya sedikit pipih atau mengkristal tak teraturberwarna agak mengkilap, putih jernih atau putih kehijauan oleh pengotoran mineral-mineral klorit, banyak terdapat dalam batuan gneiss dan sekis serta filit.
3. Mika, bentuk dan sifatnya sama dengan batuan beku, sering dalam bentuk lembaran-lembaran halus, dapat membetikan warna mengkilap pada filit, sekis dll. Banyak terdapat pada batuan sekis dan gneiss.
4. Klorit, berwarna hijau, coklat atau hijau kehitaman, bentuk terpilin atau bengkok, seperti sisik atau seperti tanah.
5. Andalusit, mengkilap dalam system rhombis, prismatic kasar, berwarna pudar, merah jambu sampai merah violet.
6. Aktinoloit, mengkristal dalam system monoklin, menjarum halus, atau serupa serat-serat, rapuh, warna hijau atau abu-abu kehijauan, kilap viterus sampai sutera. Kekerasan 2-3, mineral ini terutama di temukan pada batuan metamorf sekis, gneiss dan marmer.
7. Glaukofan, Kristal monoklin, prismatic seperti serat, batang atau butiran, pecahan concoidal, warna biru abu-abu atau biru kehitaman. Biasanya berasosiasi dengan muscovite, kwarsa, dan sphene.
8. Kianit, bentuk Kristal triklin, memanjang atrau lempeng-lempeng. Kekerasannya 4-7, juga dapat berbentuk serat-serat atau batang. Warna biru laut, kilap vitreus. Ditemukan dalam batuan sekis dan gneis.
9. Garnet, Kristal system regular, bentuk kubus, granular seperti pasir, warna merah jambu hingga merah coklat atau merah tua. Kilap viterus, kekerasan 6,6 – 7,5. Transparan hingga opak, Dijumpai pada batuan sekis dan Gneis.
10. Talk, mengkristal dalam system monoklin, bentuk granular, tipis-tipis seperti mutiara. Berminyak, kekerasan 1 – 2, banyak terdapat dalam batuan sekis, berasosiasi dengan batuan serpentin dan magnesit.
11. Serpentin, bentuk Kristal pipih atau seratan fleksibel. Kilap sutera atau lemak, warna merah kecoklatan dan hiaju kekuningan, kekerasan 3,0 – 5,5. Dijumpai dalam batuan serpentin, atau pada sekis. Berasosiasi dengan klorit dan talk.
12. Kordierit, mengkristal dalam system orthorombik, prismatic pendek, kompak atau granular, berwarna abu-abu kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna. Kilap vitreus, seperti gelas dengan kekerasan7-7,5, seperti kwarsa biru. Banyak dijumpai dalam batuan gneiss, sekis dan pegmatite, berasosiasi dengan garnet/granat, mika, kwarsa, andalusit, silimnit, dan staurolit.
13. Silimanit, Kristal seperti kordierit. Panjang-panjang tipis seperti jarum, serabut yang radier atau seperti batang ada striasi, radier, kadang-kadang bengkok, warna abu-abu, putih atau kuning pucat. Ditemukan dalam batuan sekis, gneiss, dan pegmatite.
14. Tremolit, mengkristal dalam system monoklin, lempeng-lempeng berserat seperti asbes, granular. Warna putih, abu-abu, hijau atau kuning. Kilap viterus, belahan prismatic menyudut, 56ºdan 124º. Kekerasan 5 -6, Terdapat dalam batuan sekis, dan marmer.
15. Wolastonit, Kristal system triklin, tabular, prismatic, berserat-serat parallel, menyebar atau granular. Warna putih ke abu-abuan atau tidak berwarna. Kilap sutera, kekerasan 4 – 5, merupakan mineral batuan metamorfisme kontak yang berasosiasi dengan garnet, diopsit, vesuvianit, termolit, epidot, dan kalsit. Banyak ditemukan dalam batuan marmer dekat kontak batuan beku granit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan yang sebelumnya sudah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak. Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh efek tekanan dan panas batuan yang terkubur sangat dalam.
Media atau agen yang menyebabkan terjadinya proses matamorfisme adalah panas, tekanan, dan cairan kimia aktif. Ketiga agen ini dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami proses metamorfisme dan kontribusi setiap agen berbeda-beda.
Secara umum, batuan metamorf tidak secara drastic mengubah komposisi kimia selama metamorfisme, kecuali dalam kasus khusus dimana metamorfisme yang terlibat (seperti dalam produksi skarn). Perubahan dalam suhu dan tekanan lingkungan yang batu itu dikenakan . Tekanan dan suhu lingkungan tersebut sebagai fasies metamorf. Urutan fasies metamorf diamati dalam setiap metamorf medan, tergantung pada gradient panas bumi yang hadir selama metamorfisme.
Mineral-mineral yang umum terdapat dalam batuan metamorf adalah Felspar, kwarsa, Mika, Klorit, Andalusit, Aktunolit, Glaukofan dan lain-lain.
B. Saran
Dalam praktikum di laboratorium sebaiknya lebih di intensifkan lagi, atau paling tidak lebih di tekankan lagi sehingga praktikan dapat lebih mengerti dan memahami dari pada materi.
DAFTAR PUSTAKA
o Budi, Rohmanto, Ir. Geologi Fisik. Makassar : Universitas Hasanuddin, 2008.
o M.S. Kaharuddin. Penuntun Praktikum Petrologi. Makassar : Jurusan Teknik Geologi, 1988.
o Setia Graha, Doddy, Ir. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar