Kamis, 20 Oktober 2011

Defenisi Lingkungan Pengendapan


LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Definisi :

Sebagai suatu tempat, dimana sedimen itu terakumulasi, yang mempunyai kondisi fisis, kimia dan biologis yang mencirikan keadaan yang khas dari tempat pengendapan tersebut (RIGBY dan HAMBLIN, 1972).

Kenampakan Lingkungan Pengendapan :

Penentuan lingkungan pengendapan dari suatu tubuh batuan, dapat dilakukan dengan melihat sifat-sifat khas dari batuan, yang mana akan mencirikan kondisi pada saat sedimen itu terbentuk.

Menurut RIGBY dan HAMBLIN (1972), sifat-sifat tersebut meliputi :
a.    Sifat Fisis, misalnya :
-       struktur besar dari perlapisan
-       kontak dengan lapisan di atas dan di bawahnya
-       struktur kecil yang mencirikan, seperti : flute cast, gelembur gelombang.
-       tekstur batuan
-       orientasi butir.
b.    Sifat Kimia, misalnya :
-       macam batuan, seperti : batugamping, batupasir.
-       kandungan mineral tertentu yang dapat untuk penentuan lingkungan, terutama mineral autigenik.
-       perbandingan unsur-unsur tertentu, misalnya : Ca dan Mg.
-       Kandungan  kimia dari organisme yang sering mengalami pelarutan setelah terendapkan.
-       Konsentrasi nodule batugamping pada dasar pulau penghalang, serta pada tubuh pasir kwarsa, yang dihasilkan dari pengendapan CaCO3 dari pencucian cangkang organisme.

c.    Sifat Biologis, misalnya :
-       kelimpahan flora dan fauna.
-       Perbandingan masing-masing jenis, baik flora maupun fauna.
-       Adanya gejala perpindahan dan percampuran fauna.
-       Flora dan fauna penunjuk lingkungan.

Faktor yang Berpengaruh dalam Lingkungan Pengendapan :
Menurut BLATT et al (1972) :
1.    Kedalaman air
Kedalaman air disini penting, karena beberapa organisme dalam hidupnya sangat dipengaruhi oleh kedalaman air, seperti : koral, algae. Kedalaman air kadang-kadang memberikan kenampakan yang khas, dengan melihat kenampakan dapat diketahui kedalaman dari batuan pada aat diendapkan, kenampakan tersebut misalnya :
a.  Cut and Fill Structures”, dan perlapisan silang siur, yang menunjukkan di daerah tersebut ada arus dan gelombang.
b.  Mud Crack”, yang menunjukkan daerah tersebut tersigkap pada atmosfer.
c.   Beberapa jenis “Trail and Burrow” ternyata berbeda bentuknya karena disebabkan beberapa perbedaan kedalaman dari air.
2.    Kecepatan
Energi kinetis dari air merupakan kontrol bagi pegerakan sedimen. Sedimen yang berbutir halus tidak bisa terbentuk dalam lingkungan turbulensi terlalu tinggi.
3.    Temperatur
Temperatur akan mengontrol kelarutan dari CaCO3 dan kecepatan pertukaran zat atau unsur dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, sebagai contoh : populasi yang besar dari organisme dan karbonat jarang terdapat di dalam air dingin.


4,   Kegaraman
Merupakan kontrol penting bagi aktifitas biologis. Populasi dari hewan dan tumbuh-tumbuhan banyak yang dipengaruhi oleh kegaraman dari air.
5.    Eh (potensial oksidasi) dan pH (konsentrasi ion H)
Eh dan pH merupakan dua aspek kimia yang penting dalam lingkungan pengendapan, yang akan mengontrol sedimen dan dauna yang hidup di dasar.
6.    Bentuk Fisik dari Lingkungan Pengendapan
Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan kerap kali mengontrol sedimen yang ada dalam cekungan. Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan dapat berupa : kemiringan dari permukaan, kedalaman dari daerah deposisi.

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan :
BLATT et al (1972), membagi lingkungan pengendapan menjadi empat kelompok besar, yaitu :
1.    Lingkungan darat (Terrigeneous) :
-        Alluvial fan
-        Dataran banjir
-        Lakustrin (basah, kering)
-        Padang pasir
-        Rawa (swamp)
-        Endapan es.
2.    Lingkungan campuran :
-        River Channel atau Distributary Channel (dan Lovec)
-        Estuarin
-        Teluk, Lagun
-        Paya-paya (marsh)
-        Intertidal, Supratidal, Bar dan Channel.

3.    Lingkungan laut dangkal (600 kaki):
-       Self banks (tidal dan non tidal)
-       Self basin (terbatasi iklim basah, iklim kering)
-       Gradded self
-       Paparan karbonat dan karang (berhubungan atau tidak dengan daratan)
-       Cekungan evaporit.
4.    Lingkungan laut dalam (batial : 600 – 6000 kaki, abisal : > 6000 kaki) :
-        Slope dan Canyon
-        Sub Marine Fan
-        Cekungan laut dalam (pelagik, terrigeneous)
-        Cekungan laut dalam tertutup (iklim basah dan kering)

BLATT et al (1972), memasukkan rawa ke dalam lingkungan pengendapan darat. 

TWENHOFEL (1950) ; KRUMBEIN dan SLOSS (1963), memasukkan marsh ke dalam lingkungan pengendapan darat, hal ini disebabkan marsh biasanya didapatkan bersama-sama dengan rawa, sedang perbedaan utama dari marsh dengan rawa adalah jenis tumbuh-tumbuhannya yang terdapat di dalam tubuh air tersebut.

BLATT, et al (1972), memasukan marsh ke dalam lingkungan pengendapan campuran, hal ini disebabkan karena marsh kebanyakan terdapat ditepi laut (pantai), selain dari pada itu ternyata jenis tumbuh-tumbuhan memberikan efek terhadap sedimen ataupun batuan yang terbentuk di dalam lingkungan pengendapan tersebut.


RAWA (SWAMPS)
Rawa adalah suatu tubuh air yang dangkal, air tersebut menempati permukaan tanah atau dataran, pada permukaan tanah tersbut banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan (KRUMBEIN dan SLOSS, 1963).

Rawa adalah suatu dataran yang secara periodik tertutup atau tergenang oleh air, tumbuh-tumbuhan yang terdapat di tepi atau di dalamnya biasanya dari jenis kayu-kayuan, kadang-kadang disertai dengan semak-semak yang lebat (HO dan COLEMAN, 1969).

Air di dalam rawa umumnya air tawar, pada daerah yang berdekatan dengan laut airnya akan payau atau asin (KRUMBEIN dan SLOSS, 1963).

Menurut LAHEE (1962), rawa dapat terjadi dari :
-          lagun yang mengalami pendangkalan
-          penaikan dasar laut
-          penurunan daratan
-          topografi yang ada di sekitarnya.

Rawa biasanya mempunyai bentuk memanjang atau bulat telur (KRUMBEIN dan SLOSS, 1963), rawa laut umumnya mempunyai bentuk yang memanjang, sedang   rawa air tawar mempunyai bentuk  bulat telur.

Klasifikasi Rawa :
TWENHOFEL (1950), membagi rawa berdasarkan atas jenis air dan tumbuh-tumbuhannya, yaitu :
1.    Rawa Laut (Marine/parallic swamps) :
-          Grass-end-reed swamps.
-          Rawa bakau.
2.    Rawa air tawar :
-          Rawa yang berhubungan dengan cekungan, meliputi : rawa danau dan rawa sungai.
-          Rawa pada dataran atau permukaan yang kemiringannya kecil.


LAHEE (1962), membagi rawa berdasarkan atas tempat dimana rawa tersebut didapatkan. Meliputi :
1.    Rawa sisi bukit
2.    Rawa dataran pantai
3.    Rawa dataran delta
4.    Rawa dataran banjir.

Lingkungan Pengendapan Rawa (dilihat dari aspek fisiknya) :
Karakteristik dari rawa akan memberikan efek terhadap endapan yang ada di dalam rawa, baik mengenai tumbuh-tumbuhan atau keadaan dari airnya.

Energi di dalam rawa adalah energi kimia dan panas, merupakan energi yang paling besar, energi mekanis lebih kecil bila dibandingkan dengan kedua energi tersebut di atas (KRUMBEIN dan SLOSS, 1963 ; HO dan COLEMAN, 1969).

Menurut BATEMAN (1951), energi mekanis yang kecil ini disebabkan karena air yang masuk ke dalam rawa, dihasilkan dari sungai yang gradiennya kecil. Energi mekanis yang kecil ini akan mengakibatkan material yang mesuk ke dalam rawa berukuran halus, selain dari pada itu akar tumbuh-tumbuhan juga akan menyaring material yang masuk ke dalam rawa.

Menurut KRUMBEIN dan SLOSS (1963), material yang terdapat di dalam rawa terdiri dari batulanau dan lumpur, serta larutan garam dan gas yang berkembang di dalam rawa pada kondisi an aerobic.

Di dalam rawa pantai, material yang halus jarang dijumpai, hal ini disebabkan adanya pengaruh dari arus pasang surut akan mengakibatkan material yang masuk ke dalam rawa pantai berukuran pasir dan lanau. Akar tumbuh-tumbuhan akan mengakibatkan adanya pemilahan dari ukuran butirnya, semakin ke tengah ukuran butirnya semakin kecil (SCHOLL, 1962.b).

Endapan tipis dari batulempung yang terdapat  di bawah lapisan batubara biasanya berbentuk lensa, yang kadang-kadang memperlihatkan adanya laminasi (BATEMAN, 1951). Pengaruh dari akar tumbu-tumbuhan akan mengakibatkan laminasi mempunyai bentuk yang tidak beraturan (CONYBEARE, 1968).

Menurut TWENHOFEL (1950), adanya pengaruh dari arus yang terdapat di dalam rawa sungai akan menghasilkan perlapisan dari batulempung, batulanau dan batupasir. Disini kadang-kadang dijumpai Mud Crack.

Endapan dari oksida besi yang terdapat di dalam rawa air tawar biasanya tipis, banyak yang mempunyai struktur konkresi (TWENHOFEL, 1950).

Menurut CONYBEARY (1968), nodule siderit kadang-kadang terdapat melimpah di dalam rawa, yang kerapkali membentuk perlapisan, terutama di dalam rawa yang pengalirannya jelek (reduksi).

Adanya batubara kadang-kadang dapat digunakan sebagai tanda adanya ketidakselarasan (BATEMAN,1950).

Sabtu, 01 Oktober 2011

Kompas Brunton














Sesar


Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Secara geometris sesar merupakan struktur bidang, walaupun keberadaannya dilapangan dapat berupa bidang atau jalur sesar. Sesar umumnya berhubungan dengan struktur yang lain terutama rekahan secara umum, lipatan, bidang belahan dan sebagainya.
Gejala sesar secara umum ada 2 yaitu Gejala Primer dan Gejala Sekunder, gejala-gejala tersebut dapat dikenal di lapangan sebagai berikut :

A.   Gejala Primer

Gejala primer adalah gejala sesar yang sangat kuat sebagai data yang merupakan bukti adanya sesar,dimana terbentuk langsung dari pengaruh sesar itu sendiri.gejala primere ini sudah cukup merupakan buktin adanya sesar,dsan tiodak perlu harus dihadirkan gejala sekunder,disini data sekunder hanya merupakan data penembah untuk penarikan jalur sesar pada peta,jalur yang dilalui sesar disebut zona sesar.zona sesar dapat berukuran sempit atau cukup lebar hingga ribuan meter.zona sesar dapat memanjang lurus dan dapat pula melengkung dan berpotongan,tergantung dari jenis sesar,yang tentunya berasal dari adanya gaya pembentuk sesar tertentu pula.seperti:

1. Joints (kekar)
Gejala ini banyak ditemukanm disepanjang zona sesar,yaitu terbentuk akibat adanya pergeseran blok dan mungkin bersifat kekar tension,dengan petunjuk analisis kekar,maka sifat dan arah sesar yang disertainya dapat diketahui.

 2. Friction breccia (breksi sesar)
Friction breccia atau fault breccia diartikan sebagai breksi yang terbentuk akibat pengaruh langsung dari suatu sesar,yang komponennya tersusun dari hancuran batuan yang tersesarkan.breksi sesar lebih banyak terbentuk pada batuan yang lebih mudah remuk.breksi sesar dapat dipakai untuk menentukan arah gerakan sesar dengan memperhatikan susunan dan sifat penyebaran ukuran fragmennya,bila ditemukan gradasi orientasi fragmenya,maka kearah kasar menunjukkan arah geseran blok dihadapannya.suatu breksi sesar yang dapat terlihat oleh batuan beku,apabila sewaktu terjadinya pergeseran disertai dengan injeksi magma atau berupa intrusi maupun lelehan,pada zona sesar tersebut.

3. Scratchs

Scratchs atau goresan yang terdapat pada bidang sesar,scratchs berasal dari adanya tonjolan batuan pada saat berlangsungnya pergeseran,seperti halnya pada cermin sesar maka arah geseran sesar dapat ditentukan.

4.Spur

Spur merupakan tumpukan material halus pada bidang sesar,spur berasal dari hancuran batuan yang tersaesarkan.biasanya spur terbentuk karena material hancuran terangkut pada suatu permukaan tidak rata atau gerakan sesar berhenti.arah geaseran dapat ditentukan dengan melihat dibagian mana yang menyebabkan spur tersebut tersangkut,itulah arah geseran dihadapannya.

5. Slickensides/cermin sesar

Gejala ini disebut pula cermin sesar yaitu kenampakan-kenampakan adanya suatu kesan goresan halus dan licin,akibat gesekan kedua blok batuan yang tersesarkan.goresan yang sifatnya licin ini dapa pula berbentuk kasar dan tidak perlu selalu rata,cermin sesar ada kecenderungan lebih banyak terbentuk pada sesar geser dimana pembentukannya dengan tekanan yang relative tinggi,tanpa gelombang energi atau gerakan yang tidak merata baik kecepatan maupun arahnya.cermin sesar dapat ditemukan sebagai bidang sesar dan sulit dibedakan dengan bidang kekar gerus atau bidang foliasi batuan.

6. Drag fold

Gejala pelengkungan ujung lapisan batuan diantara blok yang bergeseran turun atau naik,dapat ditemukan pada sesar turun atau sesar naik.

7.Mylonite

Adalah miccrobreccia,biasanya berstruktur foliasi halus atau laminasi gerusan.dilapangan mylonite dapat ditemukan menyerupai lempung pada bidang sesar.terbentuk pada daerah lebih dalam dari pada breksi sesar,akan tetapi bila dijumpai bersamaan dengan breksi sesar,maka akan menunjukkan adanya perubahan kondisi tekanan yang tidak merata.terbentuk pada tekanan yang tinggi.

8. Discontinuity of structures

Kenampakan suatu lapisan batuan yang menghilang dengan tiba-tiba digantikan dengan lapisan yang lainnya,umumnya dengan jurus dan kemiringan yang berbeda yang tampak secara lateral.

9. Trail

Trail adalah semacam hancuran seperti spur yang ukurannyalebih kasar dan dapat pula menentukan arah geseran sesar seperti pada spur,

10.Repeatedly of rock formation

Gejala ini adalah kenampakan perulangan lapisan batuan atau formasi batuan secara lateral,terbentuk akibat pergeseran lateral lapisan batuan,yang berkembang pada sesar mendatar.


B. Gejala Sekunder

Gejala sekunder adalah suatu kenampakan berupa indikasi adanya sesar,akan tetapi bukan pengaruh langsung dari suatu sesar,kehadirannya tanpagejala primer memungkinkan penafsiran sesar yang diperkirakan,dan apabila gejala sekunder ditemukan bersama gejala primer,hal ini lebih baik karena disini gejala sekunder berfungsi sebagai pelengkap gejala primer untuk menarik atau menafsirkan suatu sesar,seperti:

1.    Triangular Facets

Kenampakan lereng bukit yang menyerupai jajaran segitiga-segitiga yang memanjang lurus dan biasanya latar depannya berupa topografi relatif datar dengan endapan kipas alluvial,hal ini terjadi sebagai hasil sisa erosi setelah terjadi perubahan slope akibat sesar turun.

2.Silisifikasi

Karena zona sesar merupakan zona yang lemah,maka dapat berfungsi sebagai jalur yang lebih mudah untuk dilewati larutan baik larutan hidrotermal maupun hasil pelarutan kimiawi,dan bahkan dalam dimensi besar zona sesaar dapat dilalui suatu intrusi batuan beku,hingga biasanya pola intrusi dapat mengungkapkan pola struktur geologi suatu daerah.

2.    Break ib a stream profile

Terpotongnya penampang sungai secara melintang oleh sesar,yang terbentuk pada sesar turun,sehingga sungai akan menampakkan air terjun.

4.Fault scarps (gawir sesar)

Fault scarps atau gawir sesar yaitu suatu gawir memanjang mengikuti zona sesar,dapat ditemukan pada zona sesar turun atau sesar naik,dalam keadaan tertentu scarps dapat ditemukan pada sesar geser bila suatu bukit yang terpotong.dalam peta topografi scarps dapat ditunjukkan oleh adanya kelurusan kontur yang rapat.

5. Differences in sedimentary fasies
Dilapangan dapat pula ditemukan perubahan facies akibat engaruh structure,yaitu lapisan tua menindih lapisan muda,dimana faciesnya berbeda,terbentuk karena batuan tua terdorong keatas hingga menumpangi batuan yang muda,hal ini terjadi pada sesar naik.
6. Offset Ridges

Offset ridges atau pergeseran punggung ukit akibat pengaruh sesar geser,banyak ditemukan pada kompleks pegunungan yang terpotong oleh sesar mendatar.

7. Mineralisasi

Juga seperti halnya silisifikasi,yaitu terbentuknya mineral tertentu seperti mineral logam dasar pada zona-zona sesar tersebut
.
8. Crushed and land slide

Sesar gerus biasanya dapat menyebabkan mineral feldsfar apabila mendapat suatu kenaikan tekanan yang tinggi,remukan batuan akan lebih banyak terbentuk,menyebar dan mengikuti zona sesar.permukaan lapisan batuan menyebabkan kondisi batuan tidak stabil sehingga dapat menyebabkan longsoran terutama pada zona sesar aktif.

9. Springs (mata air)

Mata air yang timbul akibat terpotongnya suatu formasi akuifer,dapat menunjukkan suatu indikasi sesar,penjajaran mata air akan lebih dimungkinkan oleh keterdapatan suatu jalur sesar.mata air panas diluar jalur gunung api dapat mengindikasikan sesar aktif,hal ini terbentuk dari akibat gesekan atau tekanan yang membesar pada kedalaman yang mana formasi akuifer terpotong oleh sesar sehingga air panas muncul kepermukaan sebagai indikasi sesar aktif.


10. Offset Stream

Kenampakan adanya pergeseran aliran sungai akibat sesar mendatar,bentuk sungai membelok dengan tiba-tiba,melalui jalur sesar yang lurus,bentuk ini menampakkan suatu meander yang lekas pada daerah sesar dalam bentuk meanser patah.

11. Kaolinization dan sphjeroidal weathering

Pada batuan yang banyak mengandung mineral feldsfar apabila mendapat suatu kenaikan tekanan dan temperature,maka akan terjadi ubahan mineral feldsfar dan membentuk kaolin yang biasanya pada permukaan batuan tersebut disertai dengan pelapukan kulit bawang (pengelupasan).

12.Sesar Turun

Pada sesar turun yang bersifat tumbuh,bila terjadi pengendapan diatasnya akan menyebabkan variasi dari pada ketebalan sediment yang berbeda.pada bagian yang turun,sediment akan lebih tebal dibanding dengan bagian yang naik.hal ini akan nampak jelas apabila diadakan pemboran atau penggalian didaerah sesar tersebut.

13. Mikrofold

Lipatan kecil yang terdapat pada batuan yang tersesarkan,akibat tekanan yang bekerja pada batuan plastis,hal ini dapat terjadi pada bagian hanging wall sesar naik.

14. Timbulnya suatu terumbu karang disepanjang pantai dengan undak-undak gelombang dapat merupakan indikasi atau gejala pensesaran naik,begitu pula sebaliknya  atau berkembang sesar turun yang aktif.

15.Topografi Differences of rocks

Pada sesar turun dan sesar naik,dapat memberikan suatu kenampakan topografi yang berbeda dimana suatu batuan yang sama ditemukan bersamaan pada topografi yang sangat berbeda.pada kenampakan ini dapat ditemukan gejala sesar lainnya berupa kelainan topografi.

16.Pembentukan danau pada daerah relative tinggi

Ini dapat terjadi jika suatu aliran sungai terpotong oleh sesar turun dimana bagian yang turun adalah bagian hulu sungai sehingga air sungai selanjutnya akan tertampung membentuk danau-danau.

17. Gejala-gejala gerakan tanah

Gejala gerakan tanah sepanjang zona sesar seperti creeping,lngsoran dan lain-lain.aktifitas sesar yang bekerja terus menerus menyebabkan terganggunya klestabilan dan resistensi  batuan  atau topografi,sehingga dapat menimbulkan gerakan tanah atau batuan.

18. Batuan kwarter yang tersesarkan terlebih pada batuan resen yang dapat menunjukkan indikasi sesar aktif,seperti pada sesar yang terjadi pada batukarang kwarter dan dapat pula berupa kekar memanjang pada endapan alluvium.



19. Differences in strike and dip sedimentary rocks

Perbedaan strike dan dip batuan sediment dapat terjadi oleh pengaruh pensesaran.pergeseran lapisan batuan akibat sesar dapat menyebaban adanya perbeaan strike dan dip batuan sediment diantaranya blok yang saling bergeser paa sesar turun dapat menyebabkan perubahan dip yang mencolok,sedang pengaruh sesar mendatar,perubahan dip akan terjadi namun dalam keaadaan kacau akibat tektonik yang kuat,sehingga strike juga berubah.

20. Lithologic Boundaries

Batas litologi yang kacau yang juga kadang overlap diantara batuan dapat menunjukkan adanya sesar,utamanya pada sesar  naik,sedangkan pada sesar turun dan sesar mendatar dapat menyebabkan batas litologi yang relative lurus tegas dan panjang

21. Escapment
gejala struktur yang hamper sama dengan gawir namun gejala ini lebih besar

22. Soil purba/Paleosoil
Dijumpai adanya soil yang berumur paleosen yang dijumpai pada permukaan bumi hali ini jelas diakibatkan oleh adanya sesar.

23. dijumpai adanya Ofiolit dan Melange




24. Air Terjun
Air terjun terbentuk dari adanya patahan atau turunnya suatu perlapisan batuan secara tiba tiba yang dilalui oleh aliran air. Umumnya air terjun dijumpai akibat adanya sesar turun

25. Zona hancuran
Zona hancuran merupakan daerah lemah dimana dilalui oleh sesar yang mengakibatkan batuan yang terdapat pada daerah tersebut mengalami penghancuran yang kemudian akan membentuk kumpulan dari blok batuan yang hancur.

26. Jalur Kataklasis
Gejala sesar pada batuan kristalin sangat sukar untuk dikenali disebapkan tidak adanya lapisan lapisan petunjuk. Di daerah yang terdiri dari batuan yang homogen, sesar biasanya dapat dikenali dengan adanya jalur jalur kataklastis. Kadang kadang hanya dapat dikenali dibawah mikroskop.

27. Perubahan vegetasi yang mencolok , artinya pada suatu topografi terdapat perubahan vegetasi. Pertumbuhan vegetasi yang berbeda juga mengindikasikan adanya sesar.